Aksi Partisipatif KKN PAR, dari Penemuan Sumber Air, Pendirian TPQ, SMK Hingga Pengalihan Varietas
Aksi Partisipatif KKN PAR, dari Penemuan Sumber Air, Pendirian TPQ, SMK Hingga Pengalihan Varietas

 

Lumajang – Setelah 40 hari di desa dampingan bersama dengan komunitas masyarakat, akhirnya mahasiswa KKN Participatori Action Research (PAR) IAI Syarifuddin Lumajang secara resmi diserahkan kembali oleh pihak kecamatan pada Rektor, di Aula Kecamatan Gucialit, Senin 21/1/2019.

Dalam kesempatan itu pula, ketua panitia KKN PAR 2018-2019 H. Muhammad Abdul Halim Sidiq, M.Pd.I  menyampaikan hasil dampingan yang dilakukan oleh dosen pembimbing dan mahasiswa selama bersama masyarakat.

“Ada banyak capaian dampingan yang dapat kami laporkan kepada Bapak Camat dan Bapak Rektor IAI Syarifuddin. Pada prinsipnya, mahasiswa KKN bersama-sama masyarakat berhasil membentuk komunitas dan local leadernya, ini sebagai bagian penting dari metodologi yang kita terapkan, agar masyarakat dapat terus melakukan perubahan.” Ucapnya di depan ratusan mahasiswa dan kepala desa yang hadir.

Dari hasil laporan yang disampaikan ketua panitia, capaian di 11 lokasi dampingan yang tercatat antara lain:

  1. Desa Gucialit 1, bersama masyarakat berhasil menginisiasi pendirian TPQ Hayatul Huda serta melakukan pelacakan ulang terhadap sumber mata air di Dusun Sido Makmur Kec. Gucialit Lumajang dengan melibatkan BPBD dan BNPB. Desa Gucialit 2, melakukan pendampingan terhadap kegiatan keagamaan di Masjid.
  2. Desa Kenongo 1 berhasil membentuk komunitas petani dalam upaya menanggulangi hama penyakit ulat sengon, serta bekerjasama dengan Dinas Kehutanan untuk bantuan 1.500 bibit sengon baru .
  3. Desa Kenongo 2, berhasil melakukan pengalihan varietas pisang mas Kirana ke pisang Agung tahan virus.
  4. Desa Wonokerto 1, Pembentukan Grup Albanjari dan TPQ serta kerjasama dengan Dinas Kesehatan dalam Penyuluhan Pernikahan dini
  5. Wonokerto 2, Pemberdayaan masyarakat terhadap sumber mata air di musim kemarau, dan pendampingan madrasah diniyah
  6. Kertowono 1, Pendampingan terhadap majelis taklim, dan penanggulangan hama sengon
  7. Kertowono 2, Penyuluhan dari dinas kehutanan kepada kelompok tani
  8. Dadapan 1 dan Dadapan 2, berhasil melakukan inisiasi untuk mendirikan lembaga pendidikan setingkat SMK/SMA.
  9. Pakel, pendampingan terhadap TPQ dan upaya menyelesaikan persoalan bibit sengon

Lebih lanjut H. Halim menyampaikan bahwa ada prinsip lain dari Participatory Action Research yang harus muncul. “Dari seluruh hasil itu, komunitas adalah ending dari pendampingan ini, serta munculnya local leader sebagai penggerak. Karena harapannya, setelah pendampingan selesai, masyarakat bersama dengan komunitasnya mampu mengatasi problem mereka sendiri.” ungkapnya.

Hal senada disampaikan Haidar Idris, M.Th.I, Wakil Rektor II yang juga tim ahli PAR IAI Syarifuddin. Ia mengungkapkan bahwa hasil pendampingan fokus pada perubahan kesadaran. "Kalau masyarakat sudah sadar, dan paham cara menyelesaikan persoalan, maka itu investasi yang luar biasa. Mereka akan tetap mandiri sekalipun kita sudah meninggalkan lokasi dampingan. Itu harapan besarnya." tuturnya.

"Ke depan, metodologi ini akan terus dikembangkan, karena ini adalah distingsi IAI Syarifuddin." Pungkasnya_One