Keterangan Gambar : Dr. KH. Abdul Wadud Nafis, Lc., M.E.I. (Ketua Yayasan Kyai Syarifuddin Lumajang)
Oleh : Dr. Abdul Wadud Nafis, LC., M.E.I.
Dalam
kancah politik, ada satu kekuatan tersembunyi yang kadang tidak terduga, tetapi
memiliki pengaruh luar biasa: Ibu Nyai. Ia bukan hanya seorang pemimpin
spiritual, tetapi juga sosok yang mampu menggerakkan massa dengan satu tujuan
politik yang jelas. Ketika Ibu Nyai turun ke gelanggang Pilkada, suasana
berubah. Dengan visi yang tegas dan keyakinan kuat, ia memobilisasi para
santri, menggerakkan para Kyai, dan membangun konsolidasi yang dahsyat, seolah
menjadi panglima yang tak terlihat di balik layar politik. Tidak hanya doa yang
dipanjatkan, tetapi strategi yang dijalin rapi. Ibu Nyai mampu menembus batas
antara dunia agama dan politik dengan elegan, mempengaruhi ribuan hati melalui
pengajian, shalawat, hingga gerakan pamflet yang menggemparkan. Saat hari
pemilihan tiba, masyarakat berbondong-bondong ke TPS dengan keyakinan yang
telah ditanamkan olehnya. Ibu Nyai bukan hanya sekadar pendukung; ia adalah
arsitek perubahan yang mampu mengguncang panggung politik lokal!
Perilaku
politik yang digambarkan oleh Ibu Nyai dalam Pilkada menunjukkan keterlibatan
yang sangat aktif dan strategis dalam mendukung calon bupati atau gubernur. Ada
beberapa poin penting yang bisa dicermati dari perilaku ini:
1.
Keterkaitan Ideologi: Ibu Nyai mendukung calon yang memiliki
ideologi yang sama, menunjukkan pentingnya keselarasan nilai dan prinsip dalam
memilih pemimpin.
2.
Pendekatan Spiritual: Melibatkan doa sebagai bagian dari usahanya,
menegaskan pengaruh religiusitas dalam perilaku politik, di mana dukungan
spiritual dianggap penting untuk meraih kemenangan.
3.
Pengaruh pada Kyai: Ibu Nyai menggunakan posisinya untuk
mempengaruhi para Kyai, yang biasanya memiliki peran sentral dalam masyarakat
pesantren, guna mendukung calon yang sama.
4.
Konsolidasi dengan Santri: Upaya Ibu Nyai dalam mengorganisir
santri untuk turut memenangkan calon yang didukung menunjukkan peran aktifnya
dalam membangun basis pendukung di kalangan generasi muda.
5.
Mobilisasi Alumni dan Wali Santri: Ibu Nyai tidak hanya fokus pada
santri, tetapi juga melibatkan alumni dan wali santri, memperlihatkan luasnya
jaringan sosial yang dimilikinya dan bagaimana ia menggunakannya secara
strategis.
6.
Konsolidasi sesama Ibu nyai:
para ubu nyai melakukan konsolidasi satu sama lain dalam rangka memenangkan
calon yang didukungnya dalam bentuk tim
pemenangan bersama, dzikir bersama, grup WA bersama, dan sosialisasi bersama pada masyarakat.
7.
Distribusi Materi Kampanye: Penyebaran pamflet dan stiker
mencerminkan upaya dalam menggunakan media visual untuk memperkuat citra calon
yang didukungnya.
8.
Sosialisasi dikemas dalam bentuk pengajian dan sholawatan
bersama: Ibu nyai memiliki strategi yang
sangat efektif dan jitu untuk mensosialisasikan calon yang didukungnya, yaitu sosialisasi calon yang didukungnya
dengan dikemas dalam bentuk pengajaran atau bershalawatan bersama, sehingga
masyarakat dengan mudah menerima calon yang didukung oleh ibu nyai.
9.
Partisipasi pada Hari Pemilihan:
Upaya untuk mengajak masyarakat datang ke TPS pada hari pemilihan mencerminkan
komitmen Ibu Nyai dalam memastikan partisipasi politik masyarakat yang lebih
besar.
Perilaku
ini mengilustrasikan peran penting seorang Ibu Nyai dalam politik lokal, di
mana ia menggunakan pengaruh keagamaannya, jaringan sosial, dan strategi politik
untuk mendukung calon yang sejalan dengan visinya.
Dengan
pengaruh yang begitu kuat, Ibu Nyai telah membuktikan bahwa kekuatan spiritual
dan jaringan sosial bisa menjadi senjata ampuh dalam memenangkan pertarungan
politik. Ia tidak hanya menjadi simbol kekuatan moral, tetapi juga motor
perubahan yang mampu mengguncang panggung politik lokal dengan strategi yang
terencana. Sosoknya menginspirasi, memobilisasi, dan pada akhirnya, menentukan
arah kemenangan.
Daftar Pustaka
1.
Anwar, Syamsul. Fiqh Kontemporer: Pergeseran, Pembaruan, dan
Pembacaan Ulang Hukum Islam. Jakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
2.
Baso, Ahmad. Islam Pasca-Kolonial: Perselingkuhan Agama,
Kolonialisme, dan Liberalisme di Indonesia. Jakarta: LKIS, 2005.
3.
Hidayat, Komaruddin. Agama, Etika, dan Peradaban. Jakarta:
Paramadina, 1996.
4.
Mujani, Saiful. Islam dan Politik di Indonesia: Islam Pasca-Orde
Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2019.
5.
Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta:
LP3ES, 1980.
6.
Saefulloh, Ali. Politik Kyai dan Pesantren dalam Sejarah Politik
Indonesia. Yogyakarta: LKiS, 2003.
7.
Syarbini, Abdul. Perilaku Politik dalam Islam. Jakarta: Gema Insani
Press, 2005.
8.
Zuhdi, Susilo. Politik Islam di Indonesia: Sejarah, Pemikiran, dan
Gerakan. Jakarta: Pustaka Alvabet, 2017.